media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.
Custom Search

Minggu, 27 Januari 2013

Home > > Nyala Sejam Saja, Proyek Biogas Kena Tuding Hamburkan Anggaran

Nyala Sejam Saja, Proyek Biogas Kena Tuding Hamburkan Anggaran

| SINAR NGAWI™ | portal pemberitaan Ngawi| Berita | Kabar | Warta | info | NEWS | terbaru | terkini | hari ini | LPSE NGAWI |NGAWI™ Keberadaan Proyek Pemanfaatan Teknologi Biogas di wilayah Ngawi, dari Dana Alokasi Khusus (DAK), pada tahun anggaran 2012 lalu, terkesan Hamburkan anggaran, terbukti para penerima program ini rata-rata hanya memiliki sapi 2 Ekor. Dan benar saja, Karena limbah kotoran kurang, Kompor Biogas-pun Hanya mampu nyala sejam.

“Setidaknya satu reaktor dapat dimanfaatkan dua sampai tiga rumah tangga jangan seperti yang sudah terjadi saat ini,” terang nara sumber yang enggan disebut namanya. Menurutnya program yang dimotori oleh Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Ngawi dinilai masih tebang pilih terlebih hanya desa tertentu yang mendapatkan inovasi program penghematan energy ini.

“Kalau bisa program semacam ini jangan hanya diberikan terhadap desa tertentu yang tercium ada gelagat memakai unsur kedekatan dengan birokrasi,” jelas nara sumber, Minggu (27/1).

Pernyataan nara sumber tersebut langsung dibantah Yulianto Kepala KLH Ngawi bebernya, pada tahun 2012 lalu yang mendapatkan program biogas berjumlah 10 kepala keluarga (KK) yang berlokasi di Desa Semen, Kecamatan Paron dan Desa Guyung, Kecamatan Gerih.

“Yang jelas program biogas ini satu reaktor peruntukanya hanya satu rumah saja dan tidak lebih,” ungkap Yulianto. Pihaknya menambahkan, pengembangan energy alternative dari kotoran sapi tersebut akan terus dipacu pada tahun selanjutnya.

“ Biogas ini akan terus kita lakukan terhadap desa-desa lainya yang memang ada peternak sapinya,” tuturnya. Selain itu dalam anggaran tahun lalu pengembangan biogas secara total pihaknya mendapatkan jatah Rp 109 juta lebih bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

“Suatu contoh pada tahun sebelumnya biogas yang dikelola secara bersama yakni di Tambakboyo Mantingan ternyata kurang berjalan karena sesama anggota peternak sendiri saling menunggu dalam mengolah limbah ternak sapi,” urainya lagi.

Namun demikian ada sisi positif program biogas berasal dari kotoran sapi ini. Seperti yang dijelaskan Sugianto, penerima program biogas asal Desa Semen,Kecamatan Paron. Jelasnya, biogas dari kotoran sapi tersebut pengoperasianya cukup sederhana dan biayanya tidak semahal dengan seperti program biogas dari mikrohidro, panas bumi atau tenaga surya.

“Biogas lebih mudah dikembangkan oleh masyarakat, dan reactor biogas ukuran 4 M3 bisa menggantikan elpiji ukuran 12 kilogram dan 100 watt listrik,” kata Sugianto. (pr/K_sn)

Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda