media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.
Custom Search

Senin, 24 Februari 2014

Home > > Ngawi Jadi Sarangnya Pertambangan Galian C Bodong

Ngawi Jadi Sarangnya Pertambangan Galian C Bodong

Ngawi Menjadi Sarang Pertambangan Galian C Bodong

NGAWI™ Pengerukan tambang tanah padas yang makin bebas beraktivitas dibeberapa wilayah di kab. Ngawi, ditengarai menjadi biangnya terjadinya ancaman krisis air bersih. Hal inipun diperkuat dari hasil survei dari Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Ngawi yang mencatat sedikitnya ada 29 mata air pemasok utama di Ngawi kini terancam mandek mengalir.


Dampak dari eksplorasi hasil tambang atau dikenal dengan galian C tanpa memperdulikan ekosistim yang ada secara tidak langsung mulai dirasakan saat ini.

Menurut Sudirman Kepala KLH Ngawi, mengatakan, pengerukan batuan bukit secara terus menerus tanpa dibarengi penghijauan dan reklamasi bekas galian C dalam kurun satu tahun kedepan akan mengancam puluhan sumber mata air yang ada.

“Kalau pengerukan terus dibiarkan sangat berdampak terhadap lingkungan khususnya keberadaan sumber mat air,” terangnya, Sabtu kemarin (22/02).

Galian C selama ini lanjut Kepala KLH Ngawi, terdapat di beberapa desa yakni Karanggupito, Gayam, Sidorejo dan Karangrejo. Dikawasan ini kondisi yang terlihat sudah memprihatinkan, bekas galian C dibiarkan begitu saja tanpa penataan ulang penghijauan.

“Ketersediaan air bersih selama ini mayoritas pasokan dari lereng Gunung Lawu, jika ini tidak diperhatikan serius dalam kurun satu tahun kedepan bisa saja volume debit air menurun,” lanjutnya.

Sebagai langkah antisipasi memburuknya lingkungan akibat galian C pihaknya sudah menyurati camat dan kepala desa setempat. Sudirman berharap, Satpol PP untuk segera bertindak untuk menertibkan galian C yang tidak mengantongi izin tersebut.

Sementara ancaman dari pihak Pemkab Ngawi dengan adanya rencana penertiban galian C ini langsung dimentahkan oleh warga sekitar lokasi pengerukan.

Seperti Rebiyanto salah satu warga Sidorejo mengaku akan terus melakukan aktivitasnya bila rencana pemerintah menutup usahanya yang dijadikan lahan untuk mengais rejeki selama ini.

“Seandainya pengerukan ini ditutup terus solusinya apa dari pemerintah, padahal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ya dari hasil kerja disini,” ungkap Rebiyanto.

Pasalnya, selama bertahun-tahun dirinya hanya menggantungkan kerja sebagai penggali batuan dan pasir untuk menghidupi 9 anggota keluarganya.(pr)


Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda