media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.
Custom Search

Sabtu, 11 Juni 2016

Home > > Omzet Penjualan Naik 100%, Berkah Ramadhan Bagi Pengrajin Kolang-Kaling

Omzet Penjualan Naik 100%, Berkah Ramadhan Bagi Pengrajin Kolang-Kaling

Pengrajin kolang-kaling asal Ngawi, omzet penjualannya naik 100 persen

SINAR NGAWI™ Jogorogo-Masuk Ramadhan ternyata membawa berkah tersendiri. Begitupula dengan Sumiati nenek berusia 60 tahun, pengrajin kolang-kaling asal Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo, Ngawi, mengaku kebanjiran pesanan baik pedagang pasar setempat maupun dari luar daerah. menurutnya, saat masuk puasa, omzet penjualan camilan kenyal yang dibuat dari buah pohon aren ini naik hingga seratus persen.

“Kalau puasa pasti meningkat permintaan pedagang dipasar itu karena jumlah buah kolang kaling sendiri sekarang ini terbatas dan sulit dicari maka yang saya utamakan pedagang lama dahulu. Dan harganya pun pasti naik disbanding hari-hari biasa,” ujar nenek paruh baya ini.

Tambahnya lagi, harga kolang kaling dalam Ramadhan ini setiap 1 kilogramnya dihargai Rp 12 ribu, sedang untuk hari biasa, harganya hanya Rp 9 ribu sampai Rp 10 ribu perkilogramnya.

Untuk memenuhi pesanan pedagang yang sudah menjadi langgananya bukan perkara mudah. Keberadaan buah dari pohon aren tersebut sekarang mulai langka terlebih hanya didapat dari sekitar kawasan hutan disekitar rumahnya.

“Kalau dulu sekitar sepuluh tahun lalu mencari kolang kaling mudah bahkan sempat menolak tapi sekarang beda jauh sulit dicari malahan. Kalau ada harganya dari warga yang menjual sudah mahal,” terang dia.

Dia jelaskan, mengolah kaling kaling untuk mendapatkan biji berwarna putih itu memang bukan pekerjaan mudah.

Pertama kali, kolang-kaling yang masih terbungkus direbus sekitar satu jam sampai warna kulit berubah menjadi hijau tua. Setelah itu, biji kolang-kaling berwarna putih cerah dikeluarkan dari bawah kulitnya.

Setelah biji berhasil dikeluarkan dengan cara dikupas satu persatu buahnya lalu direndam dengan air beras untuk menghilangkan getah yang ada.

“Karena bahan bakunya sulit sekarang satu minggu baru bisa menjual karena harus menunggu terlebih dahulu supanya ngumpul buahnya,” pungkasnya.
Pewarta: kun/pr
Editor: Kuncoro


Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda