media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.
Custom Search

Minggu, 01 Juni 2014

Home > > Tiga Yatim Piatu Asal Jogorogo, Gamang Hadapi Biaya Sekolah

Tiga Yatim Piatu Asal Jogorogo, Gamang Hadapi Biaya Sekolah

yatim piatu di kabupaten Ngawi

JOGOROGO™ Meninggalnya pasutri, Suyitno-Sholekah asal Desa/Kecamatan Jogorogo, Ngawi, akibat tertabrak dump truk pada Kamis malam lalu (29/05), menyisakan duka mendalam pada ketiga buah hatinya, Kusnul Khotimah (15), Kukuh Dwi Prasetyo (10) dan si bungsu Muhamad Reza Firdaus Abdilah (4) yang kini menjadi yatim piatu. Terlebih Kusnul, meski diterima di SMAN 1 Jogorogo lewat jalur PMDK, namun hati kecilnya gamang hadapi biaya sekolah nantinya.

“Saya sudah tahu keadaan yang sebenarnya terhadap kedua orang tua yang selama ini telah membesarkan dan membimbing saya, dan mereka pergi untuk selamanya,” terang Kusnul Khotimah dengan nada lirih dibarengi linangan air mata, Minggu (01/06).

Tuturnya, sebelum kedua orang tuanya meninggal Kusnul mengaku mempunyai keinginan belajar sampai perguruan tinggi. Tetapi cita-cita si sulung ini rupanya kandas, belum lagi memikirkan masalah biaya di tingkat SMA nanti yang sudah terlanjur daftar. “Tidak tahu siapa yang membiayai saya dan adik-adik saya nanti,” urainya.

Meski serba suram Kusnul Khotimah yang sering menyabet prestasi di sekolah sebelumnya akan tetap mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikanya lagi. Kemudian untuk adik keduanya Kukuh Dwi Prasetyo yang masih duduk dibangku SD kelas V diharapkan mengikuti jejaknya untuk menggapai masa depan yang lebih baik walaupun tanpa dekapan kasih sayang kedua orang tuanya.

Sedangkan si bungsu Muhamad Reza Firdaus Abdilah yang masih duduk di Taman Kanak-Kanak (TK) terlihat berdiam diri ketika teman sebaya lainya pada bermain dengan keceriaan diri. Bahkan satu cerita yang cukup mengharukan ketika Kukuh Dwi Prasetyo walaupun terlihat masih sedih tetap menaati amanah yang diberikan orang tuanya. Bocah 10 tahun tersebut nekat pergi ke sawah saat tengah hari hanya untuk menancapkan beberapa bilahan bambu pada tanaman sayur jenis kacang.

Memang sehari sebelum kejadian, Kukuh diajak bapaknya Suyitno pergi ke sawah dan ketika itu bocah 10 tahun ini diberikan cara menancapkan bilahan bambu sambil berpesan suatu ketika nanti akan tahu tata cara bertani sayur.

“Dengan kalimat itu karena masih bocah mungkin Kukuh tidak tahu kalau sebetulnya itu pesan terakhir dari bapaknya,” ujar Gayuh salah satu kerabatnya.
Sementara rasa duka masih terlihat dari raut wajah Sukarti (60) nenek ketiga bocah yang merupakan orang tua dari Sholekah.

Dengan kalimat yang terbata-bata Sukarti yang berasal Kelurahan/Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menceritakan sudah dua tahun lamanya tidak pernah ketemu dengan putri kandungnya demikian juga cucunya.

“Sebelum kesini memang ada perasaan kangen banget terhadap putri saya dan cucu-cucu saya ini, setelah tiba disini tahu-tahu mereka sudah pergi untuk selamanya,” tuturnya.
Pewarta: Purwanto
Editor: Kuncoro



Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda