media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 11 November 2025

Home > > Dampak Cuaca Ekstrem, Hasil Panen Tembakau Ngawi Tak Maksimal

Dampak Cuaca Ekstrem, Hasil Panen Tembakau Ngawi Tak Maksimal

Dampak Cuaca Ekstrem, Hasil Panen Tembakau Ngawi Tak Maksimal

SN-Media™ Ngawi – Cuaca yang tak menentu sejak awal musim tanam berdampak nyata terhadap hasil panen tembakau di Kabupaten Ngawi. Sekalipun belum sampai pada kategori gagal panen, kualitas dan kuantitas hasil panen tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya.

Kondisi tersebut kian terasa bagi para petani yang baru memasuki masa panen akhir Oktober hingga awal November, lantaran intensitas hujan tinggi menyebabkan kadar air dalam daun meningkat. Dampaknya, mutu tembakau menurun dan berimbas langsung terhadap harga jual di pasaran. 

Dwi Rahayu Puspitaningrum, Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi, mengungkapkan bahwa penurunan produktivitas tahun ini cukup terasa di hampir seluruh wilayah penghasil tembakau di Ngawi. 

“Pada 2024 lalu, produktivitas tembakau kita mencapai rata-rata 1,7 ton per hektar. Namun, tahun 2025 ini hanya berada di kisaran 1,2 hingga 1,3 ton per hektar,” terang Ayu. 

Ia menambahkan, datangnya musim hujan yang lebih awal menjadi faktor utama menurunnya hasil tersebut. Menurutnya, curah hujan yang tinggi membuat proses pengeringan tembakau terganggu, sehingga memengaruhi kualitas akhir daun. 

Harga di pasaran pun ikut menurun, terutama untuk hasil panen yang terjadi pada awal hingga pertengahan Oktober. “Harga tembakau akhir panen hanya sekitar Rp45 ribu per kilogram, sedangkan yang panen lebih awal dengan kualitas bagus bisa mencapai Rp55 ribu per kilogram,” imbuhnya. 

Lebih lanjut, Ayu menjelaskan, luas tanam tembakau di Ngawi pada 2025 tercatat mencapai 1.456 hektar. Angka tersebut masih di bawah target Pemerintah Kabupaten Ngawi yang semula ditetapkan sebesar 2.000 hektar. 

Menurutnya, kondisi iklim dan pergeseran pola tanam menjadi penyebab capaian itu belum maksimal. Meski demikian, Ayu menegaskan bahwa kondisi ini tidak termasuk gagal panen. Hanya saja, perlu ada langkah antisipatif agar petani mampu menyesuaikan diri dengan perubahan cuaca ekstrem yang kini makin sering terjadi. 

 “Perlu ada sinergi antara petani, penyuluh, dan pemerintah daerah dalam penerapan teknologi adaptif dan pola tanam yang lebih sesuai kondisi iklim,” tandasnya.  

Simak Berita Menarik Lainnya di: Chanel Whatsapp Juga di: Google News  

Pewarta: dAm
Editor : Asy
Foto/iLst : Ilustrasi
*** : ----
Copyright : SNM


Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda