media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.
Custom Search

Minggu, 21 Oktober 2012

Home > > Fenomena Dalam Pesta Demokrasi Kuburan

Fenomena Dalam Pesta Demokrasi Kuburan

| SINAR NGAWI™ | portal pemberitaan Ngawi| Berita | Kabar | Warta | info | NEWS | terbaru | terkini | hari ini | LPSE NGAWI |KLITIK™ Tak jarang mendengar kata kuburan saja sudah mengudang bulu kuduk berdiri. Apalagi harus rela berlama-lama dilokasi tersebut. Namun hal ini tak berlaku bagi 2 warga Desa Klitik, Kecamatan Geneng Ngawi, yang justru berebut ingin menjadi orang nomor 1 dilingkup kuburan seperti yang terjadi hari ini (21/10).

Pemungutan suara dalam memperebutkan kedudukan sebagai penjaga kubur atau yang lumrah disebut POLO KUBUR, mungkin ini baru kali pertama terjadi dalam sepanjang sejarah pesta demokrasi. Situasi aman dan kondusif, saling menghormati antar calon perebut kursi itulah kondisi yang terjadi secara sebenarnya saat proses pemilihan yang di ikuti 2 calon kandidat.

Nomor urut 1 yakni Siban, 70 th, dan nomor urut 2 Moch Kasim, 65 th, dari kedua calon ini Mbah Siban (Siban-red) selaku calon incumbent sempat diunggulkan diberbagai kawasan Desa Klitik. Kasak kusuk tersebut mulai didengar dari warung kopi hingga tempat tongkrongan masyarakat sekitarnya apalagi ahli waris dari kuburan yang dijaga Mbah Siban ini tetap memilih calon incumbent.

Kemudian sekitar pukul 08.00 WIB pemungutan suara dimulai dengan DPT 709, satu persatu masyarakat terlihat antusias untuk memberikan hak suaranya. Dan mencapai pucaknya pukul 12.00 WIB pemungutan suara ditutup dan dimulai penghitungan suara.
Lembaran surat suara selayaknya pemilihan kepala daerah maupun legislative dibuka satu persatu, gambar kedua calon terpampang. Hasilnya, sesuai prediksi sebelumnya Mbah Siban meraih 273 suara disusul Moch Kasim mendapatkan 208 suara.

Pemilihan yang unik ini akhirnya Mbah Siban berhak menduduki kursi “Polo Kubur” periode 2012-2018 sesuai SK yang langsung diberikan oleh kepala desa setempat tanpa melewati pelantikan.

Menurut ketua panitia pemilihan penjaga kubur, Bambang Sri, moment tersebut bukan sekedar pemilihan seperti yang biasa dilakukan masyarakat. “Pemilihan ini bentuk pembelajaran terhadap demokrasi di negeri ini, tanpa uang tok pun masyarakat ternyata antusias memilih, sehingga pengalaman dari pemilihan yang sangat sederhana menjadikan pembelajaran politik kepada semua pihak,” terang Bambang Sri. (pr)

Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda